JAKARTA - Minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil
(CPO) yang selama ini hanya diekspor mentah, dan sedikit dalam bentuk
minyak goreng, ternyata memiliki potensi yang belum digali dan
dikembangkan.
Direktur South East Asian Food and Agruculture
Science and Technology Center, Intitut Pertanian Bogor (IPB), Purwiyatno
Hariyadi, menuturkan, CPO berpotensi diolah sebagai ingredient
(bahan) pangan. Pasalnya, kandungan tokotrienol CPO cukup tinggi,
bahkan melebihi minyak kelapa, minyak kacang, minyak bunga matahari,
bahkan minyak zaitun.
"Palm oil mempunyai kadar
antioksidan lebih tinggi, tapi belum kita eksplore," katanya dalam media
briefeing Food Ingredients Asia 2014, di Jakarta, Selasa (14/7/2014).
Tokotrienol
merupakan salah satu spesies vitamin E dengan kemampuan antioksidan
yang tinggi. Palm oil tercatat memiliki kandungan tokotrienol sekitar
lebih dari 600 ppm, jauh lebih tinggi dibanding minyak kacang (kurang
dari 400 ppm), dan minyak zaitun (tak lebih dari 100 ppm).
Selain
mengandung tokotrienol tinggi, CPO juga mengandung karoteinoda yang
tinggi. CPO mengandung 6.000-7.000 miugram RE/100 gram EP. Lebih tinggi
jika dibandingkan dengan jeruk (21), pisang (50), tomat (130), dan
wortel (400).
"Industri yang mengekstrak karotein dari palm oil belum ada. Padahal kandungan karoteinoda-nya tinggi," jelas Purwiyatno.
Dia
menambahkan, jika pemerintah memberikan dukungan terhadap
industrialisasi ingredient pangan, maka sebetulnya value added terletak
pada industri ini. Saat ini dari 18 juta ton CPO, baru 4-5 juta ton yang
diserap dalam negeri. Adapun selebihnya hanya diekspor mentah.
Selain digunakan sebagai ingredien pangan, dia menambahkan CPO juga bisa dimanfaatkan sebagai ingredient farmasi. (Kompas)
Post a Comment