Teras Berita -
Obesitas tidak hanya penambahan lapisan lemak pada paha, lengan, atau
perut. Ada konsekuensi lebih besar dari pola makan yang tidak baik dan
kurang bergerak ini. Mungkin kita tidak bisa melihat secara kasat mata
efek obesitas pada organ, namun nyatanya obesitas memang dapat
mempengaruhi kesehatan.
Biokimia dalam tubuh sangatlah kompleks, menghubungkan banyak organ
di seluruh tubuh. Tak hanya itu, biokimia tubuh juga berperan untuk
menghubungkan organ dengan kesehatan fisik dan mental. Begitu pula
dengan obesitas, pasti akan berdampak pada organ-organ di dalam tubuh.
Berikut lima organ yang paling dirusak oleh kondisi obesitas.
Jantung
Sel lemak di dalam tubuh membutuhkan oksigen untuk tetap hidup. Itu
artinya jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke lebih banyak
pembuluh darah. Ditambah lagi, semakin banyak lemak yang terakumulasi
pada dinding arteri, maka semakin sempit ruang darah bergerak di
dalamnya dan jantung pun harus bekerja lebih keras.
Usus Besar
Peneliti belum pernah menemukan hubungan antara obesitas dengan
kanker yang begitu kuat, kecuali untuk risiko kanker usus besar atau
kolon. Pada pria maupun wanita yang tergolong obesitas, risiko kanker
kolon meningkat. Ini terjadi karena pola makan tinggi daging merah dan
daging olahan, kedua makanan itu merupakan faktor utama terjadinya polip
kolon, tanda awal potensial kanker kolon.
Otak
Hubungan antara tubuh dan pikiran sudah lama diketahui dan kini
semakin jelas. Sebuah studi menemukan, fungsi kognitif menunjukkan
hubungan dengan obesitas. Menurut studi tersebut obesitas dapat
berisiko penurunan fungsi kognitif secara dini.
Salah satu hipotesis yang menjelaskan ini adalah obesitas
mempengaruhi kerusakan area putih pada otak yang memberikan sinyal pada
organ tubuh. John Gunstad, profesor di Kent State University mengatakan,
rusaknya hubungan ini tidak sekasar putusnya "kabel" saraf, tetapi
obesitas membuat kemampuan penghantaran sinyal ini melemah secara
keseluruhan.
Kulit
Gangguan obesitas terhadap kulit, misalnya munculnya stretch mark,
seringkali dianggap remeh. Padahal ganguan kulit yang terjadi mungkin
akan lebih banyak dan berbahaya. Beberapa di antaranya adalah perubahan
hormon terkait obesitas dapat menyebabkan acanthosis nigricans,
penebalan dan menggelapnya warna kulit terutama di sekitar leher, atau
pembengkakan dan tertariknya kulit yang menyebabkan ruam dan iritasi
yang disebut dengan stasis dermatitis.
Menjaga kesehatan kulit bukan hanya urusan kecantikan, karena
permukaan kulit merupakan pelindung utama dari tubuh. Tertariknya kulit
karena obesitas dapat berdampak serius bagi kesehatan.
Paru-paru
Organ ini ternyata juga menerima risiko yang tinggi akibat lemak
berlebihan di dalam tubuh. Sebuah studi tahun 2010 menunjukkan,
banyaknya jumlah sel lemak di dalam tubuh mengurangi kepasitas organ
secara keseluruhan untuk memperoleh udara.
Orang dengan obesitas juga cenderung untuk mengalami sleep apnea
atau henti napas saat tidur. Bila tidak segera ditangani, maka henti
napas akan mengurangi kadar oksigen yang masuk ke dalam tubuh, hingga
mengakibatkan pengentalan darah yang berakibat fatal.
sumber | www.medicaldaily.com | http://health.kompas.com
Post a Comment