Manfaat Ginseng sebagai obat kanker
Manfaat Ginseng sudah terkenal dapat meningkatkan energi dan vitalitas. Namun, kandungan ginsenosides dalam ginseng merah korea ini dipercaya dapat membantu melawan kanker.
Guru besar dari Sejong University Prof Lee Young Joo menyebutkan, tumbuhan berbentuk seperti anatomi tubuh manusia ini mengandung zat yang disebut ginsenosides sebagai zat utama yang terbukti secara klinis memiliki khasiat antikanker. Senyawa aktif ini menghambat perkembangan siklus sel, sehingga mencegah pertumbuhan sel kanker.
“Kandungan ginsenosides ini ditemukan pada akar yang cukup tua, dan gingseng merah Korea lebih banyak kandungannya dibanding gingseng dari Tiongkok, Amerika maupun Jepang,” kata Lee Young dalam seminar Korean Gingseng Red, di Jakarta.
Lee Young menjelaskan, berabad-abad gingseng terbukti secara klinis berkhasiat sebagai tonik energi yang dapat mengobati berbagai masalah kesehatan. Gingseng merah ini membantu otak dalam memproduksi lebih banyak endorfin, yang dapat menyeimbangkan hormon pemicu stres fisik dan emosional yang dihasilkan kelenjar. Stres fisik dan emosional yang berlebihan diketahui bisa menjadi pemicu kanker.
Untuk mencegah kanker secara alami minum satu kapsul gingseng setidaknya lima hari dalam seminggu selama dua bulan, kemudian berhenti selama tiga minggu, dan mulai mengonsumsi kembali. Namun, bagi yang sudah mengidap kanker sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi gingseng secara teratur.
Lee Young menjelaskan, gingseng memiliki banyak manfaat untuk masalah kesehatan mulai dari menghilangkan kelelahan, stres, mengubah suasana hati, dan haid secara bersamaan, namun bila berlebihan juga mendatangkan efek samping.
Dalam dosis 100-400mg yang diminum setiap hari selama 2-3 mingu dan kemudian berhenti selama satu minggu dipandang aman. Namun, ia menganjurkan sebaiknya selalu mengikuti petunjuk dosis yang terdapat dalam kemasan.
Gingseng juga bukanlah ramuan yang tidak beracun, namun penggunaan yang berlebihan dan berkepanjangan dapat menyebabkan insomnia maupun hipertensi. Oleh karenanya, mengonsumsi secara teratur dalam jangka waktu lebih dari tiga bulan tidak dianjurkan. Sebaiknya dikonsumsi berdasarkan siklus. Misalnya, minum gingseng setiap hari selama 2-3
minggu, kemudian berhenti selama satu minggu.
Jika sedang hamil, menyusui, mengonsumsi obat-obatan tertentu karena kondisi medis sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi gingseng. Bagi mereka yang sedang mengonsumsi warfarin, heparin, aspirin, diuretik, atau penderita tekanan darah tinggi dan kardiovaskuler dilarang mengonsumsi gingseng karena dapat menyebabkan reaksi terhadap obat-obatan tersebut. Jangan mengonsumsi gingseng bersama ramuan herbal atau nutrisi lainnya karena dapat meningkatkan kewaspadaan.
“Untuk menjaga kesehatan dianjurkan untuk konsumsi 3 gram per hari bagi dewasa, dan sepertiga di antaranya bagi anak-anak. Tetapi untuk penyembuhan penyakit perlu konsultasi dengan dokter,” ucapnya.
Kim Si Kwan, Dekan College Biomedical dan Health Science dari Konkuk University, Korea, menyebutkan, banyak gingseng yang beredar di pasaran, namun hanya gingseng merah Korea yang diakui Organsisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pengobatan penyakit. Gingseng Korea tumbuh dan dibudidayakan dalam empat iklim, sejuk, dan lingkungan yang lebih baik dibanding dari negara lain.
Di Tiongkok misalnya, budi daya gingseng di negara itu mencapaidelapan tahun baru dipanen. Namun ukuran dan khasiatnya lebih kecil dibanding gingseng Korea yang hanya dibudidayakan selama enam tahun. Dalam enam tahun itu pun, hanya 0,5% dari total tanaman gingseng yang dibudidayakan tersebut, yang dipandang benar-benar berkhasiat untuk
dipasarkan.
Inilah yang membuat gingseng Korea jauh lebih mahal dibanding gingseng lain. Satu buah gingseng dengan akar-akarnya saja dipasarkan dengan harga US$ 1.300 atau Rp10 juta lebih. Namun, ini sebanding dengan khasiatnya yang lebih sepuluh kali lipat.
Untuk dipasarkan, kata dia, gingseng Korea ini diproduksi dalam bentuk akar-akaran maupun diaplikasikan, seperti bubuk atau ekstrak dan butiran. Dalam bentuk akar hanya diproduksi untuk beberapa negara, seperti di Korea sendiri, Tiongkok, Hongkong, dan Thailand. Dibanding gingseng Tiongkok, gingseng Korea memang belum begitu dikenal luas masyarakat Indonesia.
Sumber: Suara Pembaruan
Post a Comment