keajaiban fungsi tulang ekor

Banyak orang yang tidak paham mengenai ciptaan Allah SWT lantas memfonis ciptaan tersebut tidak memiliki manfaat. Misalnya saja tulang ekor.

Sebagian besar manusia menganggap tulang ekor yang terletak di bagian bawah ruas tulang belakang sebagai organ sisa yang tidak memiliki fungsi berarti. Anggapan ini juga dikuatkan oleh seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman, R Wiedersheim. Pada tahun 1895, ia membuat daftar 100 struktur anatomi tubuh yang dianggap tidak memiliki fungsi tersebut. Salah satunya adalah tulang ekor. Padahal Allah SWT berfirman:
“orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS.3-‘Ali Imran: 191)
Namun, seiring kemajuan tekhnologi, fungsi organ tersebut kian terkuak. Tulang ekor menyangga tulang-tulang di sekita panggul dan merupakan titik pertemuan dari beberapa otot kecil. Tanpa tulang ini, manusia tidak akan bisa duduk nyaman. Di dalam Al Quran, Allah SWT telah menjelaskan tentang pentingnya tulang ekor pada penciptaan manusia dan kebangkitannya kelak.
QS.10-Yunus: 4 “Hanya kepada-Nya-lah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya kembali, agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan…”
Pada ayat tersebut dan beberapa ayat lain dalam Al Quran disebutkan dengan gamblang bahwa Allah SWT memulai sebuah penciptaan makhluk (yang akhirnya nanti pasti akan mati) dan mengulangi penciptaan makhluk tersebut untuk dihisab pada hari kiamat.
QS.21-Al Anbiyaa: 104 “pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati…”
Bagaimana Allah SWT akan mengulangi penciptaan makhluk yang sudah mati dan sudah hancur menjadi tanah? Ternyata caranya seperti ketika menciptakan makhluk tersebut pertama kalinya, yaitu ditumbuhkan. Setiap makhluk ketika pertama kali diciptakan berasal dari air mani yang terpancar dalam rahim lalu tumbuh perlahan-lahan sampai menjadi janin dan menjadi bayi.

Cikal-bakal makhluk hidup ini bermula dari apa yang dalam sains disebut primitive node (gumpalan sederhana) alias segumpal darah yang dalam Al Quran disebut ‘alaqah.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al Mu’minun: 14).
Fase segumpal darah (‘alaqah atau clot) merupakan kumpulan sel yang sifatnya seperti lintah (melekat pada dinding rahim) dan dari sinilah beberapa unsur dan jaringan, seperti ectoderm, mesoderm, dan endoderm terbentuk (fase mudgah). Jaringan mosederm salah satunya akan berkembang menjadi kerangka, dan yang mula-mula terbentuk adalah tulang ekor.

Mengapa tulang ekor? Sains sudah membuktikan dan Al Qur’an juga menyebutkan bahwa proses selanjutnya dari mudgah ini lah Allah SWT menumbuhkan tulang-tulang, artinya dari mudgah akan ada yang mengalami perkerasan untuk menumbuhkan tulang-tulang lainnya (tulang tumbuh dari tulang), kemudian Allah SWT membalutnya dengan daging.

Tulang yang memungkinkan untuk ‘berkembang biak’ menghasilkan tulang lainnya adalah tulang yang paling ujung yaitu tulang ekor.

Lantas dari apa Allah SWT menumbuhkan lagi makhluk yang sudah mati? Proses terpancarnya air mani dan kehamilan sudah tidak mungkin terjadi karena semua makhluk sudah mati. Yang diciptakan pertama kali lagi setelah kiamat adalah langit dan bumi pasca kiamat seperti disebutkan ayat 104 surat Al Anbiyaa. Maka seperti halnya penciptaan pertama, makhluk akan ditumbuhkan seperti tanaman yang tumbuh dari tanah (bumi), maka Allah SWT menumbuhkan makhluk yang sudah mati dari ‘biji’ alias sesuatu yang kecil dan keras dari cikal-bakal makhluk, yaitu tulang ekor.
QS.71-Nuh: 17 “Dan Allah menumbuhkan (anbata) kamu dari bumi (ardh) dengan sebaik-baiknya (nabaatan)”
Kata nabaatan diterjemahkan ‘dengan sebaik-baiknya’. Menurut saya kata tersebut adalah akar kata nabati (tumbuhan) jadi seharusnya diterjemahkan ‘seperti tanaman’ atau ‘seperti tumbuhan’. Jadi dari tulang ekor lah Allah SWT menumbuhkan kembali makhluknya seperti tumbuhnya tanam-tanaman. Kata nabaatan yang berarti tumbuhan/tanaman ini dikamuskan dalam banyak surat Al Quran, salah satunya surat Al An’am ayat 99.
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami keluarkan dengan itu segala macam tanaman maka Kami keluarkan dari itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman” (QS.6-Al An’am:99).
Tulang ekor untuk menumbuhkan kembali makhluk pada hari kiamat tersebut juga menyimpan ingatan makhluk tersebut. Catatan amal perbuatan si makhluk akan dikembalikan dalam ingatannya dan dalam kitab ketika makhluk tersebut sudah ditumbuhkan.

Sisi ajaib tulang ekor ini pun telah ditemukan. Adalah Han Spemann, ilmuwan Jerman yang berhasil mendapatkan hadiah nobel bidang Kedokteran pada tahun 1935. Dalam penelitiannya ia dapat membuktikan bahwa asal mula kehidupan adalah tulang ekor.

Darinyalah makhluk hidup bermula. Dalam penelitiannya, ia memotong tulang ekor dari sejumlah hewan melata, lalu mengimplantasikan ke dalam embrio-embrio lain. Hasilnya, tulang ekor ini tumbuh sebagai janin kedua di dalam janin tuan rumah. Untuk itulah Han menyebutnya dengan “The Primary Organizer” atau pengorganisir pertama.Pada saat sperma membuahi ovum (sel telur), maka pembentukan janin dimulai. Ketika ovum telah terbuahi (zigot), ia terbelah menjadi dua sel dan terus berkembang biak. Sehingga terbentuklah embryonic disk (lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan.

Pertama, External Epiblast yang terdiri dari cytotrophoblasts, berfungsi menyuplai makanan embrio pada dinding uterus, dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus. Sedangkan lapisan kedua, Internal Hypoblastyang telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya.

Pada hari ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang disebut primitive node (gumpalan sederhana).

Dari sinilah beberapa unsur dan jaringan, seperti ectoderm, mesoderm, dan endoderm terbentuk. Ectoderm, membentuk kulit dan sistem syaraf pusat. Mesoderm,membentuk otot halus sistim digestive (pencernaan), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin, dan sistem urine (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, sistem limpa, limpa dan kulit luar. Sedangkan,Endoderm, membentuk lapisan pada sistim digestive, sistem pernafasan, organ-orang yang berhubungan dengan sistem digestive (seperti hati dan pancreas), kandung kemih, kelenjar thyroid (gondok), dan saluran pendengaran.

Gumpalan sederhana inilah yang mereka sebut sebagai tulang ekor.Pada penelitian lain, Han mencoba menghancurkan tulang ekor tersebut. Ia menumbuknya dan merebusnya dengan suhu panas yang tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Setelah menjadi serpihan halus, ia mencoba mengimplantasikan tulang itu pada janin lain yang masih dalam tahap permulaan embrio.

Hasilnya, tulang ekor itu tetap tumbuh dan membentuk janin sekunder pada guest body (organ tamu). Meskipun telah ditumbuk dan dipanaskan sedemikian rupa, tulang ini tidak ‘hancur’.

Dr. Othman al Djilani dan Syaikh Abdul Majid juga melakukan penelitian serupa. Pada bulan Ramadhan 1423 H, mereka berdua memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selam sepuluh menit. Tulang pun berubah, menjadi hitam pekat. Kemudian, keduanya membawa tulang itu ke al Olaki Laboratory, Sana’a, Yaman, untuk dianalisis. Setelah diteliti oleh Dr. al Olaki, pfofesor bidang histology dan pathologi di Sana’a University, ditemukanlah bahwa sel-sel pada jaringan tulang ekor tidak terpengaruh. Bahkan sel-sel itu dapat bertahan walau dilakukan pembakaran lebih lama.

Lebih dari itu, –dan ini yang terpenting-, ‘ajbu dz-dzanab, atau tulang ekor –sari rikadatu atau relix dalam bahasa Hindu-Budha-, berdasarkan penelitian mutakhir,sebagaimana yang disampaikan oleh Jamil Zaini, Trainer Asia Tenggara Kubik Jakarta ketika mengisi acara buka puasa bersama di Al Azhar-Solo Baru dengan tajuk,“Inspiring Day; Inspiring The Spirit of Life”, tulang ekor ini merekam semua perbuatan anak Adam, dari sejak lahir hingga meninggal dunia.

Ia merekam semua perbuatan baik-buruk mereka. Dan perbuatan mereka ini akan berpengaruh pada kondisi tulang ekornya. Putih bersih atau hitam kotor. Semakin banyak energy positif atau kebaikan seseorang maka semakin bersih tulang ekornya, dan semakin banyak energy negative atau keburukan seseorang maka semakin hitamlah tulang ekornya. Dalam tradisi hindu-budha, mayat orang yang mati dari mereka akan dibakar, dan di antara yang dicari setelah mayit menjadi abu adalah tulang ekornya. Mereka ingin melihat apa warna tulang ekornya; putih atau hitam.

Pak Jamil pun menjelaskan bahwa sekira tahun 2004 ada pameran tulang ekornya Shidarta Gawtama. Tulang ekornya Shidarta Gawtama putih bening bersih, ini karena energy positif yang dilakukan oleh Shidarta Gawtama banyak. Dari sinilah, balasan pada hari kiamat kelak tidak akan pernah tertukar. Dari tulang ekor inilah, manusia akan kembali dicipta, dan mereka akan diberi balasan sesuai dengan kadar amal-amal mereka. Ajaibnya, ini semua sudah disabdakan oleh Nabi berpuluh abad yang lalu.

لَيْسَ مِنَ الإِنْسَانِ شَىْءٌ إِلاَّ يَبْلَى إِلاَّ عَظْمًا وَاحِدًا وَهْوَ عَجْبُ الذَّنَبِ ، وَمِنْهُ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat.” (HR. al Bukhari, nomor 4935).

Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (nomor 2955),


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ ابْنِ آدَمَ يَأْكُلُهُ التُّرَابُ إِلَّا عَجْب َ الذَّنَبِ مِنْهُ خُلِقَ وَفِيهِ يُرَكَّبُ
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam bersabda, “Seluruh bagian tubuh anak Adam akan (hancur) dimakan tanah kecuali tulang ekor, darinya tubuh diciptakan dan dengannya dirakit kembali.”
Dari petunjuk hadist di atas, Ilmuwan muslim pada paruh kedua abad ke-20 telah mendasarkan pemahaman mereka mengenai kemukjizatan hadis tentang tulang ekor ini pada kaidah pengetahuan yang paling dasar, yaitu “Tulang ekor merupakan bagian pertama yang tumbuh dari janin, biasa disebut dengan primitive streak, yaitu bagian utama yang terbentuk pada minggu ketiga”. Hal ini membuktikan kebenaran sabda Rasulullah Saw, “Dari tulang ekorlah kalian akan dibangkitkan.” darimanakah pengetahuan Nabi yang memerlukan penelitian ilmiah tersebut?

Jadi, sesuai pembuktian sains, tulang ekor adalah cikal-bakal makhluk.
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”



Sumber:  http://religi.gallerydunia.com

Post a Comment

Powered by Blogger.