Keharaman babi sering menjadi perdebatan dan menggugah banyak pihak untuk menjawab kenapa babi diharamkan.
Argumen awal yang populer adalah ditemukannya banyak kandungan cacing pita pada daging babi. Argumen ini tentu saja pada kemajuan teknologi sangat mudah untuk dipatahkan karena dengan teknik pengolahan dan pensterilan yang baik, cacing pita akan mudah dihilangkan dengan mudah. Argumen lain adalah kandungan kolesterol yang tinggi pada babi. Argumen ini tentu juga akan mudah dipatahkan karena pertanyaan kenapa otak sapi atau udang tidak diharamkan?
Penemuan baru yang sangat mencengangkan dari daging babi ini adalah struktur DNA babi adalah sama dengan DNA manusia (untuk membuktikannya anda bisa langsung menuju mesin search google dan mengetikkan keyword semacam “DNA pig human identical similar”). Dalam sebuah penelitian, bertemunya 2 DNA yang strukturnya sama akan mudah untuk penyatuan sifat-sifat gen kedua DNA tersebut. Dengan kata lain, jika manusia memakan daging babi maka manusia tersebut berpotensi untuk menyatukan DNA-nya dengan DNA babi yang berpotensi akan menyatukan sifat-sifat babi dalam dirinya.
Satu contoh yang mudah, percobaan dalam kandang dengan aturan 2 pejantan dan 1 betina yang dilakukan pada ayam dan babi, maka kan terjadi pemandangan yang sangat mencolok antar keduanya. Pada ayam, 2 pejantan akan bertarung memperebutkan haknya akan 1 betina dalam kandang. Namun, jika percobaan itu dilakukan pada babi, maka kejadiannya sangat aneh. Kedua pejantan sangat akur untuk bergiliran merasakan 1 betina dalam kandang tersebut.
Lalu, apakah anda belum pernah mendengar fenomena budaya swinger yang mulai merebak di dunia malam dan gemerlap di kota-kota besar di negeri ini? Lalu apa sebenarnya swinger itu? Secara definitif memang kurang lebih artinya adalah melakukan hubungan seks antara pria dan wanita secara bersamaan dengan beberapa pasangan dan kemudian saling menukar pasangan atau partner seksnya dalam grup itu. “Swinger cenderung dilakukan oleh pasangan suami istri atau pasangan kekasih yang ingin merasakan sensasi berbeda dari sebuah perilaku seksual. Swinger tidak dilakukan dengan orang yang sekedar kenal atau baru kenal tetapi dilakukan pasangan yang sudah solid. Kalau yang cuma coba-coba saja dan tidak solid malah akan menimbulkan masalah. Semisal mencurigai pasangan menyertakan perasaan. Padahal swinger hanya mencari hiburan dan mendapatkan sensasi dari sebuah kegiatan seksual,” ujar psikolog Ismed Surachmad.
Lalu, apakah perilaku tersebut bukan suatu degradasi moral yang mirip dengan perilaku hewan yang berstruktur DNA dengan kita itu? Padahal, sifat-sifat ke-babi-an yang lain belumlah terkupas lebih banyak. Oleh karenanya larangan-larangan yang diberikan Allah untuk kita, sebenarnya adalah dari sifat Maha Pengasih-Nya. Maha Suci Engkau Ya Rabb.
Sumber | http://anung.sunan-ampel.ac.id
Post a Comment